Berawal dari keisengan mencari musisi indie Asia Tenggara, saya pun akhirnya membaca artikel 8 Southeast Asian Indie Musicians You Should Listen to Right Now.
Bermodalkan spotify premium yang dimiliki (cie bangga), saya pun mulai menjelajahi dan menjajal satu per satu musisi yang ada di artikel itu, mulai dari IV OF SPADES, NGỌT, GYM & SWIM (yang ini saya udah tahu, tapi akan kita bahas di post lain), PASTEL LITE, hingga akhirnya sampai mendengarkan lagu-lagu dari Phum Viphurit.
Awalnya sih biasa saja (jujur nih), tapi lama kelamaan saya semakin suka dan mulai mendengarkan seluruh lagunya yang bergenre sunshine pop ini.
Bagi yang belum tahu, menurut rateyourmusic.com genre sunshine pop adalah jenis musik bergaya ceria atau sedih, yang dulunya populer di era 60-an dengan sebutan soft pop.
Walaupun secara ga sadar pernah mendengarkan genre musik sunshine pop, Phum Viphurit bisa dibilang jadi orang yang membawa saya kembali mendengarkan genre musik satu ini.
Nama Phum sendiri bisa bisa dibilang belum terlalu terdengar di kancah musik dunia.
Tapi secara perlahan-lahan, karya musik yang diciptakannya mulai didengar banyak orang, terutama para pendengar musik indie di kawasan Asia, salah satunya Indonesia.
Kesuksesan ini mungkin ditandai lewat musik video Phum berjudul Lover Boy, yang saya lihat 12 Oktober 2020 sudah mencapai 67 juta viewers (gila ga tuh!).
Berkat kesuksesan lagu tersebut, makanya tak heran jika Phum Viphurit dijuluki Lover Boy oleh para penggemarnya.
Baca: Tampil di Jakarta, Phum Viphurit Sukses Bikin Histeris Penggemar
Tak hanya itu saja, kesuksesan si Lover Boy ini juga terlihat dari turnya di beberapa negara Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Indonesia (tentunya!), Malaysia, Singapura, Filipina, bahkan hingga Eropa dan Amerika Serikat.
Dari beberapa posting yang diunggahnya di instagram, gigs yang ia adakan terlihat sold out, termasuk ketika ia menggelar gigs pertama kalinya di Indonesia beberapa waktu lalu.
Berparas tampan dengan gaya fashion kekinian khas anak muda, tak bisa disangkal jika kebanyakan fans Phum adalah kaum hawa (termasuk saya, haha).
Tapi hal ini ibarat bonus, karena hal utama yang membuatnya digilai adalah karya-karya Phum yang menurut saya sangatlah menenangkan dan memanjakan telinga ketika didengarkan, serta liriknya yang erat dengan kehidupan kaum muda.
Coba saya tengok salah lirik lagunya berjudul Long Gone, yang diungkapnya ketika konser di Jakarta beberapa waktu lalu menggambarkan gejolak dirinya ketika pindah dari New Zealand untuk menetap di Thailand.
Lewat lagu ini, Phum secara apik menggambarkan kegelisahan dan stres yang dimilikinya ketika hidupnya jungkir balik 180 derajat.
Pada lagu ini pula, Phum pertama kali terkenal di dunia musik. Video klip lagu ini pun ia sutradarai sendiri dengan menonjolkan gaya 90’an nan cheesy dan menggemaskan.
Saya terinspirasi dari video klip lama Tata Young (penyanyi Thailand yang pernah populer di Indonesia). Estetika kitsch-nya mengingatkan saya jika pada akhirnya semua hal menjadi ketinggalan zaman, tetapi kemudian itu menjadi peninggalan bersejarah yang selalu terulang untuk kembali ditemukan anak muda masa kini dengan semangat yang sama. Rasa nostalgia dengan sentuhan modern ini semacam getaran abadi yang benar-benar menginspirasi saya dan membuat saya menciptakan video dengan cara itu.
Ujar Phum Viphurit dilansir dari situs www.doindie.co.kr.
Lantas Siapakah Phum Viphurit?

Phum Viphurit Live in Jakarta, GrandKemang, Jakarta, Sabtu (11/8/2018). (doc. Pribadi)
Bernama asli Viphurit “Phum” Siritip , Phum Viphurit lahir di Thailand namun besar di New Zealand sejak usia 9 tahun.
Saat tinggal di New Zealand, minat Phum terhadap musik tumbuh. Tapi ini juga tak bisa dilepaskan dari pengaruh ibunya yang memperkenalkan Motown (musik label di Amerika yang mengeluarkan album dari musisi papan atas dunia seperti Jackson 5, Marvin Gaye, dan masih banyak lagi), musik disko, dan Whitney Houston.
Pengalaman itulah, yang menurut situs www.timeout.com membuat Phum sangat nyaman menuliskan lirik berbahasa Inggris pada setiap lagu ciptaannya.
Tengok saja album pertamanya ‘Manchild‘ yang hampir seluruhnya berlirik bahasa Inggris.
Album Manchild ini, boleh saya bilang memang istimewa.
Lewat lagu-lagu di dalamnya seperti Sweet Hurricane yang mendayu-dayu, The Art of Detaching One’s Heart yang merupakan hasil duetnya dengan Jenny & The Scallywags, hingga curhatan Phum lewat lagu Stranger in the Dream, menurut saya Phum secara berhasil merangkum seluruh curhatan, kegalauan, dan pengalaman hidupnya secara sempurna.
No Comments